Senin, 19 Februari 2018

PERENONGAN JIWA

Perenongan jiwa
Dikehinngan malam kepandang cakrawala yang melukiskan kisah cinta dan derita di pelupuk mata. Hati mencoba mengarungi malam. jiwa terbawa oleh arus kebimbangan, membaca alam yang menyimpan selaksa keindahan.  Hati kadang tak sanggup menafsir mimpi. Bayangan  Menyimpan kenangan gaib atau seperti buku yang membuka pengetahuan.
Adikku ketika aku tak mampu lagi merahasiakan cinta dan penderitaan, ketika mata ini dibanjiri oleh derai air mata.  Dan ketika detak jantung seolah meledak oleh beratnya beban yang terpendam.  Kadang detak jantung melukiskan rindu.  Adikku perjalanan hidup kita tidak akan menemukan petunjuk, selain jalan yang berliku  tangis dan ratapan.
Adikku tercinta, dengarkanlah kisah sedihku ini dan menagislah untuk diri yang malang ini yang terkontaminasi oleh kehidupan dan kekayaan. Sesungguhnya tangisku akan menjadi do’a bagimu dan air mata iba ini lebih utama bagiku kerena lahir dari perasaan dan Perenungan jiwa yang suci.
Kini Perasaanku sering menasehatiku, mengajari aku dan menuntun aku, untuk mencintai dan untuk menciptakan kedamaian.meskipun jiwa merintih, aku tau kau tidak menerima kedatanganku ataupun mencerca hudupku. Jiwaku menunjukkan padaku cinta yang ada dalam perasaanku bagaikan seutas benang tipis. Namun sekarang cinta seperti lingkaran cahaya yang menebarkan kehangatan pada pagi ataupun menjadi rembulan memberikan cahaya pada malam. Cintaku tanpa awal dan tanpa akhirpun, meski angin mengondang badai menerpanya. Aku ingin berdiri tengak seperti rumput yang meyendiri di atas gunung yang dilingkari oleh kerikil dan bebatuan. Yang sering bercerita tengtang kehidupan.
Down Ribbon: Fathear_Arezha@Mail.ComBerbagai pandangan aku menafsir untuk mengetahui kecantikan yang tersembunyi dibalik kulit yang lembut. Dan warna aroma tubuhmu ditaman mengondang pagi tersenyum berbagai kumbang menari dan menyanyi. kadang wajahmu tersembunyi di jantung pagi yang tertutup oleh awan. angin tak sanggup membelahnya, perasaan duka dan gunda menyingkap penuh derita.

Kini malampun tiba, secarik wajahmu masih tertinggal di ufuk barat. Terhias warna emas di ujung dunia, matahari tak sanggup menutup wajah tak ingin meninggalkan keelokan senyummu. Burung-burung mulai kembali pada sarangnya, sambil membawa cerita tentang kelembutan dan ke solehan. Pondok mulai ramai, dengan lantunan solawat kenabian, mengisahkan keharmonisan seperti sitti khurairah dan sittizhulaiha kepada. Jiwaku merintih mewariskan rindu pada malam yang terselimuti gelap, bola lampu tak sanggup menumbus melam hanya sinar samar yang membuat aku gak bisa membayangkan kelembutan sehelai tubuhmu.

By: FATHOR RASYID

Penyair Kasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar