Perenongan jiwa
Dikehinngan
malam kepandang cakrawala yang melukiskan kisah cinta dan derita di pelupuk
mata. Hati mencoba mengarungi malam. jiwa terbawa oleh arus kebimbangan,
membaca alam yang menyimpan selaksa keindahan. Hati kadang tak sanggup menafsir mimpi.
Bayangan Menyimpan kenangan gaib atau
seperti buku yang membuka pengetahuan.
Adikku
ketika aku tak mampu lagi merahasiakan cinta dan penderitaan, ketika mata ini
dibanjiri oleh derai air mata. Dan
ketika detak jantung seolah meledak oleh beratnya beban yang terpendam. Kadang detak jantung melukiskan rindu. Adikku perjalanan hidup kita tidak akan
menemukan petunjuk, selain jalan yang berliku
tangis dan ratapan.
Adikku
tercinta, dengarkanlah kisah sedihku ini dan menagislah untuk diri yang malang
ini yang terkontaminasi oleh kehidupan dan kekayaan. Sesungguhnya tangisku akan
menjadi do’a bagimu dan air mata iba ini lebih utama bagiku kerena lahir dari
perasaan dan Perenungan jiwa yang suci.
Kini
Perasaanku sering menasehatiku, mengajari aku dan menuntun aku, untuk mencintai
dan untuk menciptakan kedamaian.meskipun jiwa merintih, aku tau kau tidak
menerima kedatanganku ataupun mencerca hudupku. Jiwaku menunjukkan padaku cinta
yang ada dalam perasaanku bagaikan seutas benang tipis. Namun sekarang cinta
seperti lingkaran cahaya yang menebarkan kehangatan pada pagi ataupun menjadi
rembulan memberikan cahaya pada malam. Cintaku tanpa awal dan tanpa akhirpun,
meski angin mengondang badai menerpanya. Aku ingin berdiri tengak seperti
rumput yang meyendiri di atas gunung yang dilingkari oleh kerikil dan bebatuan.
Yang sering bercerita tengtang kehidupan.
Berbagai
pandangan aku menafsir untuk mengetahui kecantikan yang tersembunyi dibalik
kulit yang lembut. Dan warna aroma tubuhmu ditaman mengondang pagi tersenyum
berbagai kumbang menari dan menyanyi. kadang wajahmu tersembunyi di jantung
pagi yang tertutup oleh awan. angin tak sanggup membelahnya, perasaan duka dan
gunda menyingkap penuh derita.
Kini
malampun tiba, secarik wajahmu masih tertinggal di ufuk barat. Terhias warna
emas di ujung dunia, matahari tak sanggup menutup wajah tak ingin meninggalkan
keelokan senyummu. Burung-burung mulai kembali pada sarangnya, sambil membawa
cerita tentang kelembutan dan ke solehan. Pondok mulai ramai, dengan lantunan solawat
kenabian, mengisahkan keharmonisan seperti sitti khurairah dan sittizhulaiha
kepada. Jiwaku merintih mewariskan rindu pada malam yang terselimuti gelap,
bola lampu tak sanggup menumbus melam hanya sinar samar yang membuat aku gak
bisa membayangkan kelembutan sehelai tubuhmu.
By: FATHOR RASYID
Penyair Kasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar