SENGSARA
DI PINTU SENYUM
Cerpen: fathor rasyid
SANG
AYAH DAN BUNDA
Waktu tidak pernah berpihak pada
jalannya pagi, teransaksi kehidupan tertinggal pada pucuk kenangan. Dimana
kehidupan yang menyisakan luka tujuh liang. Disore itu senyum keluarnga bagitu
indah tanpa beban. Ahmad adalah orang yang bagitu baik dan
penyantun berahlak mulia, penyabar dan bertanggung jawab. Kehidupan Ahmad
bagitu indah melewati disela-sela tembusan cahaya dengan bingkisan senyum.
Dari berapa lama yang sudah di
tempuh dalam keluarga, tiada lain kecuali kegembiraan dan kebahagian yang
diterima seakan dunia miliknya. Dibalik semua itu ternyata ada cobaan yang
bagitu besar yang dihadapi dalam keluarganya, yaitu martua laki-lakinya
meninggal dunia. ratapan hangat dan gucuran air mata mulai terjadi di balik
keindahan. Keluarga Ahmad termasuk orang yang berpendikan, mereka merelakan atas kehendak ilahi yang
memisahkannya. Ahmad berkata “ jagan
terlalu membuat diri kita menyesal atas kehilangan bapak yang penting beliau mendapatkan tempat yang nyaman dan
tentram di alam sana penuh dengan nikmat”. Kini waktu mulai melaju dengan cepat
Ahmad sekarang menjadi orang utama dalam keluarga yang harus membiayai
adik-adiknya yang masih kecil dan ada yang sudah MA mondok di salah satu
pesantren. Ahmad menjadi bingung menghadapi tanggung jawab yang bagitu besar
tapi apa boleh buat ini semua kehendak yang kuasa dalam diri ahmad.
Keringat kesabaran mulai mulai
membasahi tubuhnya, sinar terang menyapa.
Tiada lain yang harus dia lakukan hanya bekerja keras agar bisa menafkahi
keluarganya dan membiayai pendidikan adik-adiknya. Siang mulai buram megahimpun
senyum, Pada saat itu pintu terbuka dan
aisyah datang memeluknya sambil berbicara “ maz aku mencintaimu”. Dan Ahmad jaga
menjawab aku juga dik. Aisyah mengungkapkan isi perasaannya yang bagitu terpukul
oleh kehilangan bapaknya. Dan aisyah berkata “ maz jangan pernah dirumu melentarkan adik-adikku,
dia tidak punyak siapa-siapa lagi dan dia punyak ibu yang sudah lemah, dan
penyakitnya yang sering kambuh “, maz aku mohon. Keluhan dan gucuran air mata membanjiri matanya yang
murkak.
Keluh kesah dihadapi dalam keluarga, kelemahan dan
kekuranngan yang setiap hari ditemui. Apalah daya sudah takdir berbicara, kini
kenangan yang menyimpan kedukaan. pagi itu matahari memberikan senyum tampa
bimbang. derai angin menyentuh daun dengan lembut bagitu jga dengan ahmad, Yang
menyikapi kehidupan dengan kebijaksanaan. Arti dari hidup adalah pencarian
kebahagian, teryata dalam keluarga meyimpulkan kesengsaraan yang selama ini dia
hadapi. Pada saat itu pintu terbuka. krak... mbak nina mamanggil... Aku minta
uang untuk sekolah, tanpa aisyah banyak berfikir dia memberikan uang yang dia
punya, yang hanya cukup untuk biaya dapur. Nina beranjak dan memanggil salam,
menuju pintu keluar yang telah di tunggu
teman-temannya. Nina salah satu siswi yang berprestasi diantra
teman-temanya, benyak menyenangi baik
dari guru dan temanya.
Aisyah mulai sibuk didapur untuk
minyiapkan makanan untuk suaminya, Bahan makanan yang di berikan hanya sayur
dan tahu tempe. Keluarga yang biasa memakan makanan yang nyaman kini menjadi
sederhana. Bagitulah bahwa kehidupan seperti roda yang berputar. Ahmad sadar
bahwa kehidupan penuh dengan cobaan, tantangan,rintangan dan hambata. tidak asing lagi bagi Ahmad yang dihadapinya,
karena Ahmad pernah menjadi santri kekurangan sudah biasa dia hadipi.
Bagaimanapun juga Ahmad adalah tonggak
dalam keluarga, tidak boleh tidak dia harus banyak memberikan yang terbaik
kepada istri dan adik-adiknya. Aisyah menjadi senang mengganggap suaminya memberikan yang terbaik,
baik dari kasih sayang dan juga dukungannya.
Matahari sudah remang-remang Ahmad mencoba
menelusuri waktu menuju mushollah, kurang tau apa yang dia buat, dia hanya bersama rentetan tasbih yang dianggap bisa
menjawabnya. Malam sudah tiba Ahmad berkomtemplasi bersama serpihan cahaya
bulan yang melewati di jendela. Ayat-ayat suci di tartilkan, Membaca kenangan
yang berlalu. malam seakan menjadi siang, Ahmad tidak misa memejamkan mata
bagitu saja bagaimanapun tembok-tembok
tua menjadi saksi apalagi istrinya yang sangat dia cintainya. Kebimbangan dan
kekuatiran merajai kemisnannya, entah apa yang harus di perbuat. dia hanya pasrah saja kepada tuhan yang telah
menciptakannya ( tawakkalkaltu Alallah).
Suatu saat Ahmad dan Istrinya mengunjungi
adiknya yang lagi mondok disalah satu pesantren, keluarlah cindy membawa sebingkai senyum
kepada saudaranya. Senyuman indah, senyuman manis dan rasa yang begitu gembira.
Cindy mengucapkan terimah kasih atas kunjungan, dukungan dan do’anya. Pada saat
itu cindy bercerita tentang kegiatan dipondoknya dan berbagai lomba. Dari
berbagai lomba teryata cindy mendapatkan juara I lomba mmbaca kitab. Dan setiap
tahunnya menjadi siswi tauladan.
Sungguh gumbira aisyah dan suaminya
mempunyai adik yang berprestasi. Tiada kata yang bisa disampaikan kepada
adiknya hanya. Ahmad memberikan saran “ cindy kamu berbayaklah belajar dan
berdo’a agar dirimu menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua baik
bagi nusa dan bangsa”. Cindy hanya mengagokkan kepala, tetapi cindy timbul
pertanyaan besar yang ada dalam dirinya. Entah apa yang di hadapi oleh
saudaranya, tetapi cindy hanya melih diam disaat melihat raut muka saudaranya
yang bagitu pucat.
Waktu sudah menunjukkan sunyi
mataharipun mau meninggalkan cahayanya. Aisyah dan suaminya bergagas pulang
menuju rumahnya dan membawa piala yang diaraih untuk di beritahukan kepada
ibunya. Ketika sampai dirumah aisyah dan suaminya memanggil salam di pintu
rumah ternyata sunyi yang menjawab. Entah kemana adik dan ibunya, Aisyah dan
suaminya sihingga cepat bergagas menuju kamar ibunya. Teryata penyakit ibunya
komat lagi sehingga dia tidak bisa banyak berbuat apa-apa. Ibunya masih sempat
bertanya meskipun penyakit menggerogotinya, dengan kata yang lembut. Aisyah bagaimana kabar adikmu: Aisyah menjawab alhamdulillah cindy baik ibu
dengan nada yang agak saruh. Pada saat
itu juga aisyah memberi tau kepada ibunya bahwa cindy mendapatkan juara lombah
baca kitab. Sambil memberi tahu piala yang di pegangnya. Ibunya sangat bahagia
ketika mendengar cerita dari aisyah, dia sangat bersyukur dan mengeluarkan air
mata haru dan air mata bahagia. Ibunya sambil berkata ini semua kehendak ilahi,
sukururilah apa yang diraih oleh adikmu aisyah. Dan jagan lupa adikmu yang
satunya jangan sampai kamu bedakan “ pesan ibu”.
Kegembiraan dan kebahagian bersemi
derita, ketika cindy sudah kelas tiga
semister akhir di MA salah satu pondok pesantren, cindy mempunyai cita-cita
untuk meraih impiannya yang sekian lama dipahat dalam jantung semista. Untuk
mengasah intelektualitas yang tinggi dan merubah nasib dari orang tuanya.
Ketika cindy sudah lulus ternyata tidak bisa melanjutkan untuk keperguruaan tinggi karena
kemiskinananya. Entah apa yang dia lakukan hanya memuhon dan meminta kepada Allah
agar di berikan jalan yang penuh dengan
cahaya ilahi, tuhanlah yang maha tau. ketika
cindy keluar dari pondok hanya pengangguran, hanya bisa membantu orang tuanya
yang sudah lemah dan penyakitnya sering kambuh.
Kini kehidupan dalam keluarga
mulai damai atas kesembuhannya. Ahmad
mulai menyendiri berfikir tentang atas derita yang menimpa, tiada kata dan senyum yang kini tertunda. Aisyah yang bagitu
setia kepada suaminya, menemani dimana Ahmad berada tetapi tak berani bertanya
atas kesendiriannya, aisyah melihat muka suaminya yang agak cemberut. Dan
Adik aisyah bagitu menyayagi ibunya meskipun hanya memberikan senyuman dan sepiring
nasi. Setiap pagi cindy menyuapkan nasi
kepada ibunya, sambil berbincang bincang. Dan ibunya berkata :
nak maafkan ibu, yang tidak bisa
membiayai kamu untuk melanjutkan kuliah. Sebenarnya ibu ingin kamu seperti
teman-teman kamu, tapi apalah daya ketika takdir berbicara kepada kita nak,
suara tersendu-sendu.
Cindy menjawab, ibu... telah cukup bagi cindy
menduduki di bangku MA apa lagi dimondokkan, itu sudah cukup bagi cindy, asalkan ibu sembuh cindy sangat
bersyukur nada yang agak saruh. “ Air mata mulai menemani cindy “.
Anakku : apakah kamu tidak merasa tertekan dengan
keadaan ibu yang seperti ini, dan bapakmu yang telah meninggalkan kita anakku,
yang tidak bisa membahagiakan kamu nak...?
Ibu... cindy sangat bersyukur kepada Allah yang
telah memberikan kerunia kepada keluarga kita, mungkin ini semua cobaan Allah yang
di berikan kepada kita, sampai dimana kesabaran menghadapi cobaan ini ibu....? Gucuran air mata mulai mengalir tanpa terasa.
cindy sambil memeluknya dan mencium keningnya, tanpa disadari aisyah datang
dari pintu yang terbuka, menghampiri cindy dan ibunya. Aisyah...? anakku, pesan ibu “ jagalah dan berikan yang
terbaik kepada adik-adikmu karena ibu sudah tidak bisa memberikan yang terbaik
kepada adikmu untuk meraih cita-citanya”.
Kini
suasana semakin sunyi derai air rmata
mengalir tanpa disadari oleh ibunya, cindy menghapus air mata ibunya dan sambil
berkata “ ibu...., jangan ibu menagis semua masalah tidak akan terhapus oleh air mata”. ibunya menjawab: anakku.....?, semuga air
mata yang mengalir tanpa disadari semuga menjelma do’a yang kemudian hari menciptakan keindahan.
Aisyah sambil memegang tangan
ibunya, dan berkata: ibu.... kehidupan tidak akan menyimpang dari cobaan, mari kita berbanyak berdo’a dan berzdikir
kepada Allah agar Allah memberikan jalan keluar atas derita ini ibu....
Aisyah,cindy dan ibunya berpelukan
karena sudah tidak kuat lagi, kini hanya
air mata duka mengalir dan kalimat suci.
Salam
pergerakan dan perubahan seni dan budaya madura
Warnailah
duniamu dengan tetesan pena dari tinta-tinta kebenaran yang bisa mengajari
seribu umat lewat kata.
Pamekasan,
18-02-2018
By: FATHORRASYID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar