Rabu, 21 Februari 2018


25 April Di Malam ID

Di sore itu, pada bulan april tanggal 28-2012 itulah akadku, alam semista menjadi saksi. Leluhurpun berkontemplasi pada percakapan kita yang telah di baca oleh malam id. Angin dan matahari membuka malam, pertama aku membuka gerbang baru. Pada saat ijab telah sampai di telingaku. Para saksi menyimak keapsahannya. Jam dinding jiwaku mengetarkan jagat dan sukmaku mantafakkuri kalam ilahi menunjukkan kesunyian bersemayam hidup seribu makna, 28 april membuka hijab sampai arsi tuhan bergetar. Kuhampiri dirimu dengan mata yang berbinar mengecup keningmu, sambil ku ucap tuhan jadikanlah cinta ini yang diridhai olehMu. Sang mentari mulai turun menyembunyikan cahaya mengondang malam. Nafas terengah-engah mengeja sore di kehenigan sang ilahi. Kini malam sudah tiba kalimat tuhan berkomandang di ujung penantian. kulalui dengan sang kekasih di atas ranjang kehormatan, bercumbu rayu saling mendekap hangat. Ku bisikkan bahasa cinta diantara dua altar ke abadian, kubaca selaksa bahasa tubuhmu, yang di abadikan di sebingkai jantungku terlukis indah.
            Aku mencoba melukis malam dengan senyuman dan ratapan hangat, tangan menggemgam bayang yang tertinggal di pelupuk mata. Cinta kasih aku minum dari jarak yang menuntun. Aku belai rembulan yang menyilaukan gelap, hati berbisik bertanya pada sunyi. Sering aku singkap tabir malam membuka jendela janji yang diabadikan. Pertama kali kucium keningmu ketika aku selesai akad yang disahkan para saksi. Malam itu adalah malam yang membuka cakrawala baru kutempuh lewat senyuman. Kadang hatiku merasa tercincang oleh kasih tak menentu menyisakan luka sukma. Tapi aku meencoba menilai dari sisilain kebimbangan. Pertanyaan selalu membuka dalam diriku. Hatipun tak sanggup untuk mengurai.
Beberapa lama perjalan cinta yang aku tempuh, langkah telah tertutup debu, kadang cinta tertusuk oleh nafsu. Delematis kini membuat hidup menjadi bayangangan, mengurai jalan yang penuh batu. Pagar pagar tua, meneteskan embun pada pagi. Senyuman manis yang tak pernah aku lihat, hanya sikap luka setiap aku dekap. Kesabaran yang bisa menutup kebimbangan, menyulam rindu di tengah malam.
Hari-haripun aku membuka gerbang dihilir sungai, gemercik air bercerita tentang cinta pada pucuk dedaunan. Air mata menyusul percakapan,  bertanya tentang rindu. Kerikul dan batu menertawakan tetesan air mata meyisakan bayagan hening dipinggir kesetiaan. Kini Mengalir menjadi telaga kehancuran. Cicit-cicit burung beterbangan mengepakkan sayap pada langit, berdendang mesra diujung pohon penantian. Kumbangpun berhinggap dari bunga ke bunga yang lain. Aku menjadi bingung menyaksikan kebebasan apa yang aku lihat. Kadang aku ingin menjadi kumbang yang sering hinggap pada bunga-bunga. Tapi dalam diriku tercipta kesetiaan yang terlukis dengan indah.
Langit bagai takberdetak, bintang-bintangnya meneteskan air matanya. Bulan yang dingan mengajak aku keluar dari lubuk kegelapan. Musim-musim harapan sedang merekah dipucuk-pucuk daun ilalang. Sebentar lagi fajar cepat tiba, membuka jalan hidupku dengan orang yang aku cintai, untuk melangkah derita cinta yang tercecer dari setapak jalan di dasar kebimbangan. Sudah sekian lama aku tanam benih-benih cinta apakah bersemi keindahan atau derita. Sikap yang mensalip jiwa yang tak terjawab. Hidup bagai bayangan kelam yang beralunan dengan kebimbangan yang setiap langkah menerpa. Sempai kapan cinta yang kita abadikan menumbuhkan kesetian, kesabaran terhias indah di pelupuk mata meski derita yang aku dapat. Wahai adiku kau adalah pancaran cahaya kegelapan yang menuntun aku pada jalan ke agungan. Kebersamaanmu membuat aku lebih melangkah lebih jauh membuka cakrawala. Membelah dunia diantara pandangan sinis, Sedangkan jiwa hanya menjadi bayangan yang tak sanggup membaca derita.
Kini waktu sudah berlalu, percakapan kita di baca oleh jam tua. Jaganlah kau menertawakan cinta ataupun menghukum cinta. Aku tau dalam dirimu tersisi sebuah delematis. Tapi aku sadar bahwa kesetian akan tercipta ketika saling melengkapi. Dalam jangka waktu yang pendek tak sanggup memberikan senyuman. Kebersamaan terpisah oleh pencarian waktu diantara penjara-penjara suci. Setiap kali aku melangkah tetap senyummu akan kubawa kemana kaki melangkah. aku sampaikan cintaku lewat do’a pada malam. Para malaikat mencatat syair yang telah aku sampaikan pada catatan ketulasan dan kesetian.
Jarak adalah jalan mencoba mengoji jiwa, untuk merasakan kesendirian ditengah hamparan senyuman yang tercecer di setiap pojok jalan. Pandangan mata menyilauakan rindu yang tak dapat aku pendam. Hanya menunggu liburan dan hari kemenagan. Hari-hari itupun tidak bisa membuat aku menari diatas kebersamaan. Mungkin ini awal dari kebimbangan sebuah cinta. Cinta akan memberikan kepada jiwa dan raga dimana kau memanggilku. Hati ini akan selalu menemanimu disetiap derah nafasmu.
Yang telah kita fikirkan masa depan yang membuat mewarnai dunia, dari lantunan ayat-ayat di mana kita mensucikan diri, adikku kebersamaan raga tetap mengitari rona jiwamu. Para malaikat menulis dipundak kanan dan kiri. Apakah percakapan kita dengan tuhan yang membicarakan cinta telah terlukis indah dilauhul mahfud atau hanya di pena saja. Kita tidak bisa mengabadikan cinta kecuali campur tangan tuhan yang membuat cinta romantisme. Kagelisahan dan kerinduan tercipta dimana aku mengarungi malam dengan sepi, bayang-bayang meyimpan kenangan disaat pintu tertutup oleh malam. malam menunjukkan kesunyian percakapan lirih yang membuat mata tak berdaya, memandang keindahan malam degan sinar samar. 
Adikku inilah biografi atau perjalanan hidup yng kita tempuh pada saat ini. Apakah perjalan yang kita tempuh menumbuhkan cinta yang suci cinta yang putih cinta yang abadi. Telah banyak yang kita sinpan dalam memori kenangan. Yang dibaca oleh orang tua, hingga pagipun mencatat dengan keindahan sinanrnya yang meneragi cinta penuh dengan cahayanya. Kadang pagipun memberikan senyuman indah dengan rasa malu mengintip di pepohanan meyaksikan cinta kita. Sinar kesemangatannya dapat menghancurkan kerinduan yang menari di atas kenagan. Matahari sampai menyibak gelombang membawa arus cinta yang terhampar di samudra kehancuran. Hening malam menertawakan kita, yang hanya berada dalam persemidian, kadang meninggalkan kewajiban yang telah di tentukan oleh sang penguasa, demi menikmati kebersamaan.
Kadang sepi menyayikan tentang syair yang ditorehkan pada kertas putih, bercerita tangtang kita. Menyimpan impian disetiap waktu. Adikku adakah kelopak bunga mekar kalau bukan musimnya, atau cinta kita mekar pada setiap musim tanpa membedakan kelebihannya. Adikku sebenarnya dalam perpisahan bukan kita berpisah tapi berada dalam cinta. Malah cinta itu akan mekar disetiap aku memandang pagi, jangan kau melemahkan hidup tapi siramilah dengan kerinduan yang dapat menumbuhkan kekuatan.
Adikku, cahaya itulah milikmu. Ia adalah lambang sejata kesetian yang menemanimu disaat kau menikmati cahayanya. Cahaya ilahi yang indah terus kita nyayikan meskipun jiwa merasa hampa. Perjumpaan kita dapat menghibur hati, udara menjadi sejuk jatuh dari langit ribuan kunang-kunang senja, Menabur lembut dan kabut biru muda. Adikku aku mencoba berkaca pada harapan, bahwa kehidupan adalah cermin dari kehidupan. Dan jika waktu berjalan tanpa keindahan bulan, tiada bisa menyayikan lagu keindahan. Kini cahaya putih mulai lenyap dalam sekejap seketika matahari masuk ke peristirahatnya di ufuk barat. Bulan sudah selesai berdandan, siap berjalan sebagai putri malam.     
Adikku mari kita lihat mega-mega merah muda berarak-arak di balik bulan, bulan berseri mandi cahaya matahari, bulan dinanti seribu hari, meski terbenam baru sehari. Sungai-sungai berdandan dalam cahaya suram keindahannya. Di padang-padang rumput-rumput gemerlap kehijau hijauan. Semua terheran dengan keindahannya. Berkaca pada air yang masih suram. Malam harum sekuntum bunga setaman, bulan-bulannya datang. Angrek bulan merambat pelan, seakan bertanya: hay bulan kenapa kau lama terbenam. Kini harum menghambar-hambar dari bunga wilasa dan gandasuli, burung-burung malam mulai terbang, hinggap di pohon-pohon angsana.
Sehari rasannya seribu hari, jika waktu berjalan tanpa keindahanmu sayang, demikian nyayi kegembiraan yang aku lantunkan setiap waktu, meski dunia tidak dapat menerima dan burung menertawakan dengan lagu ini, kini suaraku tidak seperti nabi daud yng dapat menghentikan gemercik air. Tapi lagu ini aku persembahkan maskipun lagu sumbang.  Dan jiwaku malu pada keindahan kekeluhan tersulap menjadi mantra bayangan. Ku pandang dari jarak yang terbentang oleh waktu siang dan malam aku buka dari jarum-jarum jam jiwaku, yang menunjukkan kerinduan. Kini malam menyayikan sepi pada bulan yang tak sanggup menampakkan diri hanya awan yang menemani kesepian tanpa cahaya. Apakah diriku bisa menyaiksikan tanpa cahayamu. Cahayamu adalan sandaran bianglala menjadikan hidup bahagia.
Sepi berjalan menyulamkan bayang-bayang.  Mengitari rona semista, yang meninggalkan jejak-jejak kerinduan. Kini ditengah kegelapan aku hanya bisa menyampaikan syair rindu pada malam dengan bahasa batin dan butiran rindu.

Tak terlepas tangan-tangan rindu
Membelai rembulan di malam sunyi
Meyingkap tabir malam membuka tirai rindu
Aku melukis malam kebersamaan
Diantara ciuman dan dekapan hangat
Rindu
Kian hari mencabik-cabik sukma
Membuat aku terhampar di tengah malam sembilu
Kutimang dirimu dalam anganku
Ku cium keningmu dalam mimpiku

Adikku
Inilah kerinduanku
Inilah tanda kesetianku
Malam ini adalah saksi bisu
Membuat aku tak berdaya bergelimang  dalam rindu



Adikku syair ini tidak akan bisa membuat kamu menari ataupun bahagia, tapi renungilah makna yang terkandung didalamnya meskipun kamu keluh untuk menafsirnya. Hanya hari-hariku diisi  dengan kata yang dapat mengantikan kerinduan, adikku kerinduanku terbentang oleh samudra, apakah angin sanggup menyampaikan lagu rindu. Meskipun lagu ini memancar air mata kesetiaan, di waktu malam aku menumakan hijab baru yang mengondang keindahan, para malaikat menjadi saksi, memerikan sebingkai harapan dan keadilan dan iblispun mencatat kebersamaan, mengetari rona kebersamaan mencari dendam dan kehampaan.


By: Fathor Rasyid

PENYAIR KASASR ROMBEN GUNA
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar